Dua hobi unik, dulu Hype kini mati suri.

Januari 05, 2020


Sejak pagi aku berkutat dengan dokumen dan arsip pribadi. Mumpung masih libur, aku mau membereskan dan bersih- bersih lemari aja. Sudah lumayan berdebu dokumen file nya walau tersimpan di dalam lemari.
“Si tukang krutuk ini,” ejek suamiku sambil berlalu ke belakang. Dia selalu memanggilku begitu hahaha karena aku sejenis makhluk pengumpul dan penyimpan. Beda jauh dengan dia yang ijazah saja hampir hanyut kena banjir jika gak disimpankan. Sejak kami menikah, dia baru mudah mencari aneka berkas penting karena sudah aku tata dalam sebuah bundel khusus. Maklum lah, aku anak arsiparis dan pustakawan hahaha. Jadi dari orok terbiasa dengan aktivitas simpan menyimpan arsip. Kami memang dilatih khusus oleh orang tua soal ini.
Bergelut dengan dokumen lama ini, aku menemukan seluruh kliping dan koleksi prangko yang aku punya sejak SD. Dulu, salah satu aktivitas wajib kami bersama orang tua rutin membuat kliping dan mengurus prangko.  Aktivitas membuat kliping ini masih aku jalani hingga punya bayi.  Temanya macam- macam, dulunya aku rutin meng-kliping berita-berita tentang diriku di media cetak. Maklumlah, sebagai manusia  yang sombong, sebagai anak muda kreatif berprestasi di zamannya aku langganan masuk koran dan majalah. Wakakakaka…
Berbicara soal hobi unik, menurutku membuat kliping dan koleksi prangko ini merupakan salah duanya. Di tahun 90-an, kedua aktivitas ini sangat populer. Seiring dengan berjalannya waktu, berkembangnya media digital, pelan- pelan kegiatan ini seakan mati suri.  Jika diamati, yang melakukan kedua hobi ini rata-rata sudah senior dan sepertinya bukan dari generasi milenial.
“Sudah gak zamannya kirim surat” banyak yang mengungkapkannya begitu.
“Buat apa lagi kliping, wong  data bisa disimpan secara digital. Jadul banget nek!” ada juga yang bilang begini.
Tapi dimataku  hobi membuat kliping dan koleksi prangko itu sangat unik. Boleh cerita sedikit ya tentang keduanya.

Membuat Kliping
Dalam kamus Bahasa Inggris kliping tertulis Clipping yang artinya guntingan surat kabar atau koran.
Kliping ini merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan yang di dalamnya terdapat usaha menggunting bagian atau sisi tertentu yang ada pada sebuah koran, buku, majalah atau novel untuk kemudian ditempelkan pada kertas karton atau pada buku biasa. Kliping diambil dari artikel-artikel, ulasan-ulasan, tanggapan-tanggapan hasil wawancara, dan sebagainya yang berisi berbagai jenis ilmu pengetahuan yang dijadikan koleksi dokumentasi dan perpustakaan.
Di rumah kami kliping biasanya ditempel pada kertas HVS recycle. Dalam rangka memanfaatkan kertas salah ketik orang tua agar tidak sia-sia hehe.  Banyak juga orang membuat kliping dengan ornamen yang menarik, berwarna- warni.  Kalau kami sederhana saja. Fungsinya memang hanya sebagai pendukung kegiatan literasi di rumah dan sebagai kumpulan informasi diri pribadi. Jika pun ada tentang orang lain biasanya tetap berkaita dengan dunia kami saat itu untuk referensi dan motivasi kami dalam berkarya. Kumpulan kliping kami dulu seputar seni, teater, tari, tokoh inspiratif, pemerintahan, dunia antropologi, arsip, perpustakaan dan resep masakan.
Di bawah ini sedikit contoh kliping yang pernah aku buat. Sengaja diambil yang memang liputan prestasi dan manggung, kan niatnya mau nyombong wakakakaka. Wajah sengaja di blur karena sebagai artis terkemuka pada zamannya perempuan ini berbaju kurang bahan dan tidak menutup aurat. Malu sama langit dan bumi.


Di bawah ini koleksi kliping milik pribadiku :
 
Jelek jelek pernah satu panggung dengan Miss Universe 2003 Amelia Vega

Malam puncak Pemilihan Putri Sumut yang dihadiri Miss Universe 2003 Amelia Vega dan Putri Indonesia Dian Krishna

Lay out kliping juga harus diperhatikan agar bagus

 Dulu, kata Papaku, tidak perlu membubuhi perekat terlalu banyak untuk membuat kliping. Cukup diujung saja.

Aktivitas membuat kliping kami yakini melatih syaraf motorik agar tidak kaku..

Sebaiknya memotong dengan pisau cutter, memakai gunting tidak rapih
Beberapa koleksi klipingku tidak rapi guntingannya sebab sehari bisa diinstruksikan membuat minimal dua puluh kliping aneka topik oleh almarhum Papaku. Tapi aktivitas yang awalnya dilakukan terpaksa, kemudian menjadi nikmat dan hobi. Aku pribadipun, sekarang tak punya waktu lagi membuat kliping. Walau anak-anakku masih didorong untuk menjalankan aktivitas ini dengan model yang berbeda. Bentuknya lebih seperti majalah dinding. Namun tetap mencari, menempel dan menggunting berita. Sesekali dari koran, sesekali dari internet. Menurutku, ini penting sebagai media belajar alternatif untuk anak anakku. Rasanya, setelah membuat tulisan ini ingin menggiatkan kembali aktivitas ini di rumah.           


Koleksi Prangko
Prangko Indonesia

Prangko (bukan perangko) adalah : secarik kertas berperekat sebagai bukti melakukan pembayaran jasa layanan pos yaitu mengirim surat. Biasanya berbentuk persegi dan bergambar.
Prangko merupakan karya seni yang mengungkapkan berbagai aspek kehidupan negara penerbitnya.
Prangko Singapore

Prangko pertama kali diperkenalkan oleh Rowland Hill di Inggris pada tanggal 1 Mei 1840,  oleh  karena itulah, sampai sekarang negara Inggris mendapat perlakuan khusus, yaitu tidak perlu mencantumkan nama negara di atas prangko yang diterbitkannya. Prangko resmi pertama ini bergambar Ratu Victoria dengan harga satu penny. Prangko ini dicetak dengan tinta hitam dikenal dengan nama The Penny Black. Prangko jenis ini berharga puluhan juta rupiah sekarang.
Cikal bakal Rowland Hill membuat prangko adalah ketika suatu hari beliau melihat seorang gadis menerima kiriman surat yang diantarkan seseorang dari kekasihnya. Namun, karena gadis tersebut tidak memiliki uang untuk membayar, gadis itu cuma membaca surat tersebut kemudian mengembalikannya kepada petugas pengantar dengan alasan tidak punya uang. Padahal, gadis tersebut sudah membaca kode khusus yang ditulis kekasihnya di surat tersebut. Ketika terpilih menjadi anggota parlemen, Hill berpikir untuk meningkatkan pendapatan negara dengan pengiriman surat menyurat ini, hingga terciptalah prangko.
Perangko Perancis
Mengapa di Indonesia peminat prangko tidak seperti diluar negeri? Menurutku karena kurang edukasi dari pemangku kepentingan. Sehingga sekarang  banyak yang awam dengan hal ini. Padahal di luar negeri bahkan ada menjadikan ini profesi.
Kegemaran mengumpulkan prangko dan benda pos lainnya disebut Philately. Berasal dari bahasa Yunani philos yang artinya sahabat, atelia yang artinya pembebasan.
Aku ingat betul, dulu ketika masih mengkoleksi prangko, aku sibuk berkomunikasi dengan sahabat pena baik dari dalam maupun luar negeri demi prangko dan kartu pos unik. Tapi pengalaman itu sungguh menyenangkan. Tapi aku dulu tak bergabung dengan komunitas filatelist.
Di Indonesia komunitas filateli besar salah satunya adalah PFI (Persatuan Filateli Indonesia) Komunitas ini termasuk yang cukup aktif diseluruh dunia. Setidaknya dari kurun waktu 1995-2011 Indonesia mengikuti 45 event filateli tingkat dunia. Indonesia sendiri sudah dua kali menjadi tuan rumah World Stamps Exhibition di Bandung yaitu  tahun 1996 dan tahun 2017. Mudah mudahan hari filateli dunia tanggal 29 Maret tahun ini juga dapat menjadi jembatan bagi perdamaian di dunia.
Sebahagian kecil prangko koleksi pribadiku


Kedua hobi ini unik dan membawa manfaat khususnya bagi perkembangan literasi dan edukasi. Namun, sepertinya saat ini tak cukup banyak yang melestarikannya. Bahkan bisa dikatakan menurut sebahagian orang awam sedang mati suri. Menurut anda, apakah keduanya akan bisa bangkit kembali? Masihkah para milenial membutuhkannya? Silahkan beri pendapat di kolom komentar yaa..








You Might Also Like

16 komentar

  1. Bah.. Kok disensor mak siska wakt masih mudanya. Awak kan pengen liat.

    Dulu awak koleksi kertas surat.
    Tapi berenti gegara kertas surat awak banyak diambil om awak buat nulis surat cinta dia.
    Gak modal kali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harvest kali lah ya hahaha.. Makin wangi makin indah haha

      Hapus
  2. Perubahan adalah sebuah keniscayaan...

    BalasHapus
  3. Ya ampun, baru tau nama panjang kak Siska itu ada Winda Yuni nya..

    Dan tugas kliping jaman sekolahan pun hanya awak rasa terakhir kali pas SMP. SMA udah mulai pake data digital.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha Winda = Anaknya Raswin Aida Yuni=lahir di bulan Juni wakakakaka jadul kali yaaa

      Hapus
  4. Wow 😲 ternyata kakak dari dulu sudah bergelut di dunia tulisan. Mantul🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan sampe sekarang gak terlalu pande juga kak hhahaha

      Hapus
  5. Aku pernah koleksi permen hehe
    Tapi sempet juga koleksi perangko jamam SD dan tugas buat kliping.
    Ktauan anak jadul hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. koleksi permen itu gimana bang? hahah gak dimakan makan? luar biasa ternyata kita sejaman yak

      Hapus
  6. saya malah belum pernah megang prangko. Terkait dengan simpan menyimpan. Saya juga begitu orangnya. Apalagi tentang buku dan kertas. Rasanya berat hati membuangnya. Walaupun orang yang berada di rumah saya pada menyarankan untuk menjualnya. Bagi saya suatu hari bisa berguna.

    BalasHapus
  7. Aihh keren pake banget kk awak yg satu ini yaa... Udah cantek,x kreatip pulak, masyaAllah... Btw hobi filatelinya bagus ya Kak... Ada komunitas filatelis dunia lg tuh... Menginspirasi Kak Siska,, tfs

    BalasHapus
  8. Ya ampun kaka artis hits di zamannya ya kak,, is keren x lah, udah cantik, baik, berprestasi, terkenal,, apalagi ya,, udahlah, capek angkat2 ahahaha

    BalasHapus
  9. kak sis, dulu awak ngumpulin perangko gk tau untuk apa. hahaha. ngikot2 orang aja. krn sangkin hype nya dulu.

    BalasHapus
  10. Wah aku juga dulu suka banget sama ngerjain kliping kk dan jadi filatelis dan suka banget tapi sekarang udah jarang bahkan enggak ada lagi kk.

    BalasHapus
  11. wah keren banget perangkonya dari berbagai belahan dunia, anak milenial pasti pengen ngerasain juga :D

    BalasHapus

About Me

Siska Hasibuan,ibu dua anak, pengajar @LP3i dan UINSU, productive mom, owner @mumubutikue dan @kuihdeli

Like us on Facebook