 |
Yang Muda Yang Suka Belajar
Visi besar strategi kebudayaan saat ini mengusung “Indonesia
bahagia berlandaskan budaya yang mencerdaskan, mendamaikan dan menyejahterakan
rakyat Indonesia seluruhnya”. Dengan visi sebesar itu sudah sepatutnya sebagai
pemangku kebudayaan hendaknya memberi hasil yang nyata agar segenap masyarakat
mencintai budayanya. Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah upaya kita dalam
melestarikan kebudayaan. Melestarikan kebudayaan tidak hanya menjadi tanggung
jawab satu golongan saja akan tetapi menjadi tanggung jawab semua masyarakat
terutama generasi penerus. Generasi penerus saat ini lebih dikenal dengan
generasi milenial. Generasi milenial ditandai oleh peningkatan penggunaan dan
keakraban dengan komunikasi, media dan teknologi digital. Dengan pesatnya
kemajuan teknologi saat ini maka tidak mengherankan generasi saat ini lebih
mencintai produk dan budaya dari Negara luar. Budaya yang sangat mendunia saat
ini adalah budaya K Pop dan tidak dapat di pungkiri budaya K Pop telah mewabah
pada generasi muda Indonesia saat ini.
Alasan di atas menjadikan alasan yang kuat bagi pemangku budaya,
seperti halnya Balai Pelestarian Nilai Budaya untuk memberikan pembelajaran
mengenai kebudayaan. Saat ini pembelajaran mengenai kebudayaan sangat diperlukan,
dan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Maka untuk mengatasi berbagai
kejenuhan dan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran, maka diperlukan
teknik-teknik pembelajaran mengenai kebudayaan secara efektif agar mudah
diterima. Apalagi dengan adanya pidato dari presiden Indonesia bapak Joko
Widodo yang mengungkapkan bahwa inti dari “kebudayaan adalah kegembiraan”, oleh
karena itu salah satu kegiatan yang dirasa cukup efektif untuk para generasi
milenial mencintai budayanya sendiri, misalnya melalui kegiatan Jejak Tradisi
Daerah yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh. Jetrada
merupakan salah satu kegiatan pembelajaran kebudayaan yang cukup efektif.
Tradisi Daerah ini dirancang untuk para siswa dan siswi untuk
mendapatkan pendidikan tentang nilai budaya dengan membawa langsung para siswa
ketempat-tempat yang memiliki nilai-nilai budaya sehingga mereka akan memahami
makna apa yang terkandung dibalik adanya kebudayaan-kebudayaan tersebut. Para
siswa tidak hanya mempelajari kebudayaan milik sukunya sendiri, namun akan
diperkenalkan kepada budaya-budaya yang berbeda. Kegiatan Jetrada kali ini akan
diadakan di Kota Medan. Kota Medan yang dikenal sebagai kota dengan
multikulturnya ini menawarkan berbagai pesona budayanya. Pesona budaya yang
hidup di kota Medan antara lain Ronggeng, Ketropak Dor, Kuliner, dan olahraga
tradisionalnya, yaitu Silat Melayu. Adapun tema yang di usung pada kegiatan
Jetrada ini ialah Kenali, Pelajari Dan Cintai Keragaman Budaya Kita.
Melalui kegiatan Jetrada para siswa ini akan berinteraksi dengan teman-teman
yang berbeda agama, etnis dan kebudayaan. Dari situlah kesadaran tenggang rasa
akan tercipta, sehingga akan menghargai perbedaan dan keragaman.
Secara tidak langsung kegiatan ini akan memberikan pengalaman bagi
para siswa mengenai keragaman budaya yang tumbuh di Kota Medan. Para siswa akan
mengunjungi lokasi kegiatan budaya dan mereka akan melakukan penulisan dari
hasil kunjungan yang akan dipresentasikan di peserta lain dan pembimbing
lapangan.
Permasalahan
di tengah tengah generasi muda saat ini.
Dyah Satya Yoga Agustin dalam tulisannya tahun 2011 menyatakan bahwa : saat dunia sudah mengalami era globalisasi, kita
bisa berhubungan satu dengan yang lain dengan mudah dan sangat menguntungkan.
Tetapi dengan adanya globalisasi ini mengakibatkan banyaknya budaya yang masuk
dan menyebabkan berbagai masalah di negeri ini, misalnya menurunnya rasa cinta
budaya dan nasionalisme generasi muda. Budaya Indonesia bisa hilang termakan
zaman karena orang-orang Indonesia lebih suka meniru kebudayaan luar. Anak muda
sebagai penerus bangsa harus bisa mempertahankan kelestarian budaya daerahnya
masing-masing untuk memperkuat identitas kita sebagai orang Indonesia. Namun,
kita merasa hilang harapan jika melihat anak-anak muda akhir-akhir ini merasa
lebih bangga dengan budaya luar. Padahal kunci konservasi budaya terletak pada
niat dan semangat anak-anak muda untuk tetap melestarikan dan generasi
sebelumnya mengajarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang budaya, sejarah dan
tradisi negara kepada generasi muda. Sejak dini, orang Indonesia harus rajin
mempelajari bahasa daerah, tarian daerah, menonton pertunjukan tradisional atau
upacara adat, supaya rasa cinta terhadap budaya tumbuh dan berkembang.
Solusi
Permasalahan
Gagasan
tentang pendidikan berbasis kearifan lokal ini berawal dari sebuah ungkapan
yang disampaikan oleh Jhon Naisbit (1990) yang kemudian direspon dan
dikembangkan oleh sebagian para pakar sosial dengan ungkapan thinks
globaly acts localy (berpikir global dan bertindak lokal). Maksud dari
ungkapan tersebut adalah, seseorang bisa mengambil pengalaman dan pengetahuan
apapun, dari suku manapun dan bangsa manapun, akan tetapi dalam
pengaplikasiannya dalam sebuah tindakan ketika seseorang berada di dalam suatu
tempat, maka ia harus menyesuaikan dengan nilai dan budaya yang ada di tempat
tersebut.
Dengan
adanya pengetahuan yang bersifat global, seseorang akan dapat dengan mudah
membaca dan mengenali suatu masalah dan memecahkannya. Maka dari itu seseorang
perlu untuk berpengetahuan banyak agar wawasan menjadi relatif luas. Akan
tetapi dalam hal pendidikan pada umumnya dan belajar mengajar khususnya,
seorang pendidik tidak cukup hanya dengan berpengetahuan banyak dan berwawasan
luas, akan tetapi untuk merefleksikan transfer of knolage (proses
pembelajaran) tersebut juga harus disertai dengan emotion
skill (kemampuan emosi) yaitu bagaimana seorang pendidik harus bisa masuk
ke dalam dunia anak didik tersebut berada. Dalam
masalah di atas, ada satu hal yang perlu diingat yaitu ‘seorang anak didik yang
datang ke sebuah kelas dalam suatu sekolah tidaklah seperti gelas kosong, akan
tetapi mereka sudah membawa pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan dari tempat ia
tinggal. Hal ini disampaikan juga oleh Hadi Susanto tahun 2018.
Target Kegiatan
Adapun
maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan Jejak Tradisi Daerah Tahun 2019
ini adalah :
1. Para peserta mengetahui dan memahami dinamika
budaya yang terdapat di Kota Medan.
2. Para peserta mengenal salah satu tradisi yang
merupakan bagian kecil dari budaya yang dimiliki bangsa ini untuk lebih
menumbuhkan kebanggaan akan bangsanya.
3. Para peserta memahami bahwa tradisi didalam
masyarakat multikutur diperlukan sikap saling toleransi dan tenggang rasa
terhadap perbedaan budaya.
4. Para peserta bersikap dan berkepikiran tidak
etnosentris yang menganggap bahwa tradisi mereka yang terbaik.
5. Memberikan kesadaran kepada para siswa tentang
pentingnya melestarikan kebudayaan.
Siapa saja yang mengikuti kegiatan ini?
Peserta
Kegiatan
ini akan diselenggarakan pada tanggal 13 s.d. 16 Maret 2019 di Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara. Alasan kegiatan ini dilaksanakan di Kota Medan adalah
karena kota ini terkenal dengan multikulturnya yang penduduknya terdiri dari
orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Keragaman
multikutur di Kota Medan menawarkan berbagai pesona budayanya. Medan berasal
dari kata bahasan Tamil Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau
tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu. Hari jadi Kota
Medan diperingati tiap tahun sejak tahun
1970 yang pada mulanya ditetapkan pada tanggal 1 April 1909 dan menjadi 1 Juli
1590. Yang menjadi peserta yang mengikuti kegiatan Jejak Tradisi Daerah Tahun
2019 ini yaitu 70 orang peserta yang terdiri atas 50 orang siswa/i dan 11 orang
guru pendamping, BPNB Aceh dan Media. Untuk mengetahui asal sekolah siswa dan
siswi dapat dilihat pada daftar dibawah ini.
NO
|
Sekolah
|
Jumlah Siswa
|
Guru Pendamping
|
1.
|
SMAN
1 Banda Aceh
|
2
|
|
2.
|
SMAN
4 Banda Aceh
|
2
|
1
|
3.
|
SMAN
1 Langsa
|
2
|
1
|
4.
|
SMAN
1 Langsa
|
2
|
|
5.
|
SMAN
1 Singkil
|
2
|
1
|
6.
|
SMK
Muhammadiyah Singkil
|
2
|
|
7.
|
SMAN
1 Kutacane
|
2
|
1
|
8.
|
SMK
1 Kutacane
|
2
|
|
9.
|
SMAN
1 Medan
|
2
|
1
|
10.
|
SMAN
16 Medan
|
2
|
1
|
11.
|
SMAN
19 Medan
|
2
|
|
12.
|
SMAN
6 Medan
|
2
|
|
13.
|
SMA
Bhayangkari Medan
|
2
|
|
14.
|
SMA
Muhamaddiyah
|
2
|
|
15.
|
SMA
Harapan
|
2
|
|
16.
|
SMKN
1 Beringin
|
2
|
1
|
17.
|
MAN
2 Deli Serdang
|
2
|
|
18.
|
SMAN
1 Kabanjahe
|
2
|
1
|
19.
|
SMKN
1 Berastagi
|
2
|
|
20.
|
SMAN
1 Raya
|
2
|
1
|
21.
|
SMK
Swasta Pematang Siantar
|
2
|
|
22.
|
SMAN
1 Samanindo
|
2
|
1
|
23.
|
SMAN
1 Pangururan
|
2
|
|
24.
|
SMAN
1 Doloksanggul
|
2
|
1
|
25.
|
SMAN
2 Lintong Nihuta
|
2
|
|
26.
|
BPNB
|
4
|
|
27.
|
Panitia
Lokal
|
3
|
|
28.
|
Taman
Budaya
|
2
|
|
Jumlah
|
59
|
11
|
Kegiatan
Jejak Tradisi Daerah Tahun 2019 merupakan bentuk kegiatan untuk menelusuri
jejak tradisi lokal dengan mengunjungi beberapa objek budaya di Kota Medan. Selain
itu para peserta juga diajak untuk mempelajari kuliner khas daerah. Penulis,
diberi kesempatan menjadi narasumber dan fasilitator untuk bidang kuliner dalam
rangkaian kegiatan ini. Adapun jadwal pelaksanaan sebagai berikut :
Hari/Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Lokasi
|
Ket
|
Rabu, 13 Maret 2019
|
08.00-11.30
|
Registrasi Peserta
|
Hotel L1
|
|
11.30-13.00
|
Sholat dan Makan Siang
|
Aula Hotel L1
|
|
13.30-14.30
|
Pembukaan Jetrada
|
Aula Hotel L1
|
|
14.30-17.30
|
Orientasi (I)
|
Hotel L1
|
|
17.30-19.30
|
Istirahat, Sholat dan Makan malam
|
Hotel L1
|
|
19.30-21.30
|
Orientasi (II)
|
Aula Hotel L1
|
|
21.30-06.00
|
Istirahat
|
Hotel L1
|
|
Kamis, 14 Maret 2019
|
06.00-08.00
|
Sarapan
|
Hotel L1
|
|
08.00-12.00
|
Mengenal Masakan Pepuler Melayu: Roti Jala,
Rasyidah, dan Bubur Pedas
|
Taman Budaya
|
|
12.00-13.00
|
Makan Siang dan Sholat
|
Taman Budaya
|
|
13.00-15.30
|
Belajar Ketoprak Dor
|
Taman Budaya
|
|
15.30-16.30
|
Istirahat dan Sholat
|
Taman Budaya
|
|
16.30-18.00
|
Belajar Ronggeng Melayu
|
Taman Budaya
|
|
18.00-19.30
|
Istirahat, sholat dan Makan Malam
|
Hotel L1
|
|
19.30-21.30
|
Silat Prisai Melayu
|
Dalu X. T. Morawa
|
|
21.30-06.00
|
Istirahat
|
Hotel L1
|
|
Jum’at, 15 Maret 2019
|
06.00-08.00
|
Sarapan Pagi
|
Hotel L1
|
|
08.00-10.00
|
Kuil Maria Anna
|
|
|
10.00-14.00
|
Museum Rahmat
|
Petisah
|
|
14.00-18.30
|
Beli Sourvenir
|
|
|
18.30-19.30
|
Istirahat, Sholat, dan Makan Malam
|
Hotel L1
|
|
19.30-22.00
|
Orientasi (Buat Laporan)
|
Hotel L1
|
|
22.00-06.00
|
Istirahat
|
Hotel L1
|
|
Sabtu, 16 Maret 2019
|
06.00-08.00
|
Sarapan
|
Hotel L1
|
|
08.00-09.00
|
penutupan
|
Hotel L1
|
|
10.00-13.00
|
Pelepasan Peserta
|
Hotel L1
|
|
|
Foto Kegiatan
 |
Antusias
|
Learning by doing
Belajar kuliner internasional boleh, namun jangan lupakan yang lokal
Kesimpulan dan Saran
Dalam kegiatan pelatihan ini,
berdasarkan hasil pemantauan penulis yang bertugas menjadi fasilitator dalam
kegiatan kuliner nusantara, para peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi
dalam mengenal kuliner khas daerah berdasarkan sejarahnya. Harapannya kedepan,
generasi muda tidak hanya mengenal makanan yang diadopsi dari luar Bangsa
Indonesia.
Referensi
Dyah Satya Yoga Agustin, Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi
Muda akibat Globalisasi, Jakarta, 2011
Hadi Susanto, Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal, Jakarta, 2018
0 comments:
Posting Komentar