40 hari menuju sembuh

Februari 10, 2019

40 traffic road : Stock Photo





Aktivitas banyak sejak kecil
Perjalanan panjang sebagai perempuan aktif sejak anak anak dan menjadi perempuan pekerja setelah dewasa, memiliki konsekwensi besar dalam perwujudannya. Semangat yang menggebu untuk menaklukkan target target dalam hidup, pencapaian pencapaian yang telah dikomunikasikan dalam sebuah komitmen bersama orangtua dan diri sendiri pada akhirnya membuat sangat ingin melakukan yang terbaik dan minim kesalahan dalam setiap langkah. Kalau orang lain ingin target 100 %, aku seringkali berniat melampaui hingga dua sampai tiga kali lipatnya.
Dulu sekali, di perjalanan panjang menjadi anak anak, segala bentuk pencapaian dan prestasi gemilang dalam tiap event itu sangat membahagiakan baik diri sendiri maupun orang tua. Masih aku  ingat, ketika pada suatu malam di sebuah hotel, aku dinobatkan menjadi Ratu Serampang 12 tingkat ASEAN di tahun 1997, ibuku tak berhenti menggenggam tanganku, ayahku, tak selesai selesai menciumi pipi dan kepalaku sepanjang malam. Ya, tujuan hidupku sejak kanak kanak memang membuat mereka bangga dan bahagia. Menurutku, mencetak prestasi di berbagai bidang adalah salah satu caranya.
Cara lain menambah kebahagiaan mereka adalah dengan “mengabdi”. Bahagia rasanya jika mereka memuji muji masakanku, senang dengan baju seragam kerja yang aku setrika licin dengan menggunakan setrika arang dan kertas koran, pakaian pakaian wangi dan terjaga karena ku proses mencuci baju mereka dengan tangan dan metode “kanji angin” hahahaha betapa gaya mencuci ala nenek nenek sekali yak. “ngemeng ngemeng apa gak ada setrika listrik bu? Mesin cuci gitu? Atau belum masuk PDAM? Kok menderita sekali pake nimba air segala?”
Banyak yang nanya begitu. Tentu ada cyiinnn.. Tapi jangan panggil ayahku Raswin, jika hidup ini bisa dijalani dengan ongkang- ongkang kaki. Huft!
Sutralah, itu hanya sekelumit proses bagaimana aku dibentuk hingga jadi workaholic sampai hari kemarin.


Menjadi Ibu Bekerja Aktif
Jika seorang anak dibesarkan dengan nilai nilai must be number one  dalam setiap menit, tumbuhnya hampir pasti akan menjadi manusia perfectionist  dan sulit menerima hasil kerja orang lain yang tidak sesuai bahkan lebih ekstrim lagi, semuanya jadi mau dikerjain sendiri agar puas. Dulu, metode ini kunilai sangat baik buat aku pribadi. Karena aku jadi memiliki banyak hal dengan prestasi. Gaji besar, kedudukan yang lumayan, lingkungan yang makin hari makin lebar  ruang lingkupnya dan pencapaian lainnya yang bersifat dunia. Tapi setelah menikah, kemudian punya suami dari latar belakang pola asuh berbeda, kemudian memiliki anak, akhirnya banyak hal yang jadi menyulitkan diri sendiri. Keinginan membuat segalanya perfect dengan tangan sendiri, membuat tubuh yang seringkali tak mendapatkan haknya menjerit jerit.
Dengan aktivitas yang jadi lebih berat, orang lapangan di kantor yang dalam seminggu bisa berkali kali keliling pulau sumatera, punya bisnis yang menguras tenaga dan otak, jadi istri dan ibu yang sok maksimal, akhirnya mengurangi jam tidur, makan seadanya akibat seringkali tidak berselera karena saat jam makan kadang di bandara, kadang dihutan, kadang di empang dan sama sekali tidak olahraga menjadi kehidupan yang dijalani bertahun tahun. Padahal, sejak kecil, sebagai penari tentu pagi sore aku rutin melakukan olah tubuh yang tidak ringan.

Dua kali terjatuh, abai  dan  berakibat fatal hingga robek otot bahu.
Suatu kali, dalam perjalanan English Touring dari tempat kursus berbahasa Inggrisku saat SMA, aku terjatuh di lantai yang licin akibat sesuatu hal. Aku abai dan menganggap jatuh adalah hal yang sepele. Aku masih menyempatkan tadabbur alam ke sipiso piso. Halah…
Pulang dari sana, sempat demam, kemudian dipijat seadanya selanjutnya merasa sehat. HIngga pada suatu titik, tubuh ini kaku, tak bisa digerakkan, dan harus digendong ayahku beberapa bulan mau keman mana. Karena kakiku, tak bisa dipakai buat berjalan. Tulang ekor berdenyut selalu sampai bikin nangis yang ngelihat. Sang penari itu, mendadak macam orang lumpuh. Astaghfirullah.
Alhamdulillah, diberi Allah kesempatan kenal salah seorang dokter akupunturist yang merawatku berbulan bulan dengan metode akupuntur, moxa dan beberapa rangkaian terapi lain, akhirnya aku bisa berjalan kembali. Sejak saat itu, hingga hari ini, aku bergantung sama air panas untuk mandi dan harus putus hubungan dengan high heels yang kupakai bertahun tahun baik dipanggung maupun diluar panggung.
Perkara menyepelekan hal besar ini demi the show must go on ini kiranya tak baik ditiru ya pemirsah! Aku mengulangi kebodohan ini kedua kalinya. Sudah tau pernah ada riwayat jatuh lintang pukang yang akibatnya sangat tak senonoh dan merepotkan semua orang, aku masih juga susah mendidik diri sendiri untuk meminta bantuan orang lain, segan bilang badan sedang tak kondusif dan gengsi kalau terlihat sakit. Jadilah semua aktivitas dalam agenda wajib terlaksana apapun halangannya demi tak suka mangkir dari komitmen. Dasar lebay!
krek…” itu bunyi yang keluar dari bahuku saat aku mengangkat ransel 11 kg berisi baju, laptop dan lain lain perlengkapan yang aku bawa saat perjalanan dinas ke Jambi. “ah, paling paling terkilir.” Berbaik sangka yang sungguh tak positif saat itu. Kudiamkan, hingga tiba kembali di Medan. Hingga pada suatu malam, saat suamiku sedang dikota tempatnya bertugas, tengah malam buta, tubuh ini terasa menegang,  meriang, demam panas, mata panas, kepala mendadak pusing, terasa nyeri tak terkatakan di daerah bahu yang sudah aku lupakan itu. Hingga pagi aku tak tidur karena sakit yang tak biasa. Tepat pukul 08.00 pagi aku menelepon Rumah Sakit, bikin appointment dengan dua dokter sekaligus, syaraf dan tulang. Itupun Cuma sekedar menebak- nebak saja. Daaaaaan akhirnya bisa meet up dokter untuk observasi pukul 17.00 wib sodara sodara. Jam prakteknya memang sore. Huhuhuhu….akhirnya dengan taksi aku menuju rumah sakit itu sendirian.
“Bahu ibu geser, ada otot yang robek di bahu. Kita harus jalani proses fisioterapi di tahap awal 6 bulan wajib hadir ya bu, tapi mungkin, untuk dinyatakan sembuh, paling enggak setahun ini “ nyantai aja dokter membacakan hasil MRI ku sambil nulis nulis pantangan, resep resep, dan lain lain. Tak kudengar lagi cakap cakapnya. Yang kubayangkan, dengan kondisi suami di luar kota, kalau terjadi apa apa, siapa pulak yang mau mengurusi mamak mamak tak seberapa ini. Akhirnya kupecut diriku harus bisa sembuh sebelum 6 bulan. Bagaimana dengan anak anak? Bagaimana  tugas kantor? Bagaimana dengan orderan? Pertanyaan itu menari nari di kepala.. Dasar mamak mamak dunia… kenapalaaah gak santai saja mak?
Akhirnya belum genap enam bulan, aku tetap beraktivitas sebagaimana orang sehat lain, tetap ngebolang keluar kota, dan  sombongnya tawaran izin sebulan bedrest dari bosku kutolak dengan alasan nanti kerjaan jadi numpuk. Begok! Selama setahun lebih, aku tetap menjalani proses fisioterapi, Selama menjalani proses fisioterapi, beberapa kali check up, akhirnya aku iseng MRI lagi. Bahu aman, tapi ada syaraf yang gak nyaman di tulang punggung, ternyata itu, akibat otot kaki yang memendek. Hhahahhaha itulah guys, kalau hidup sudah jadi olahragawan, jangan pernah berhenti yah. Kalau berhenti, ototnya ngerungkel karena tidak dilatih kembali. Kata dokter yang merawatku kemarin sih gitu. sebaiknya tetap disempatkan berolahraga.
terapi tulang punggung


Abaikan posisi jari. gak ada hubungannya dengan pilpres.. hihi


Kesulitan Berjalan
Setelah setahun penuh bolak balik rumah sakit untuk fisioterapi, inces lelah cyiinn. Jadinya inces memutuskan mundur dari dunia persilatan karena nyari waktunya buat terapi makin sulit. Resign kerja, makin malas keluar rumah, apalagi berobat.
Lama tak terapi, kaki semakin sakit, setiap pagi aku tak bisa bergerak, kalau udah duduk, gak  bisa berdiri, macam di sofa empuk hahaha…. Dan kaki pun berdenyut sepanjang hari. Semakin lama sakitnya ngelunjak, naik ke pinggang, naik ke tulang punggung dan terakhir kemarin, kepala berputar putar, TD 102/69. Kupikir rusak alat tensi kawan itu, ternyata awak yang rusak wakakakkaa…
Biar kata payah jalan, gincu kudu tetap cetar cyinnn hahha..
Lelah, kemudian memutuskan harus serius..
Kuyakini, ikhtiar pengobatan itu pun ibarat mencari jodoh. Pasti ada campur tangan Allah di dalamnya. “Kak ika, berobatlah, masih mau kan liat syaffa ammar wisuda, gak mau kan nanti pas anak anak wisuda mamanya didorong di kursi roda?” Tapi, sahabat baikku yang cantik gak pernah bosen memotivasi untuk hayuk berobat. Terus terang kalimat itu terngiang ngiang terus dikepala. Entah bagaimana jalan Allah, akhirnya aku diberi kesempatan sampai pada lingkungan komunitas hari ini dimana aku akhirnya mengenal Ayah dan Umi, begitu kami memanggil guru mengaji kami. Beliau adalah guru mengaji, enterpreuneur sekaligus ahli pengobatan thibbun nabawi. Allah berikan aku kesempatan melakukan terapi pengobatan dengan mereka. Jangan tanya padaku profilnya ya. Ayah dan Umi tak suka publikasi jadi aku harus menjaga privasi. Yang pasti, dengan keyakinan yang kuat akibat sakit yang sudah tak tertanggulangi, kali ini aku sudah berjanji untuk serius patuh pada terapi selama 40 hari.
panas panas bergembira.

Ngapain aja dalam 40 hari?
Hahaha sudah beselemak kawan itu didalam, lambung dan rahim terganggu,pembuluh darah mampet, ada syaraf yang gak jelas duduknya, sampai ada pembuluh darah ke otak yang agak mentiko makanya kemarin sampai pengsan berputar putar. That’s why, selama 40 hari harus menyediakan waktu untuk di treatment oleh ayah dan umi.  Otomatis kakak wajib mengubah pola makan. No minyak dan gorengan, no nasi putih, no gula, bolehnya cuma rebusan, lauk rebus, sayur rebus atau mentah, air nabes (rendaman kurma), madu, kurma, buah dan umbi-umbian. Dari segala perubahan yang harus dilakukan untuk upaya penyembuhan, mungkin yang paling sulit adalah istiqomah dengan pola makan yang baru. Mudah –mudahan bisa kuat dengan segala godaan syaiton. Bismillahirrahmanirrahim…. Sehat…. Here I’m…
Flat-lay Photography of Vegetable Salad on Plate
foto : ilustrasi

Catatan Kecil Buat Para Ibu Aktivis :
  1. Jangan pernah memaksakan diri, berikan hak tubuh untuk beristirahat.
  2. Jangan mengangkat beban terlalu berat, fikirkan kapasitas tubuh yang maksimal.
  3. Pemakai ransel juga harus memperhatikan posisi tubuh saat mengangkat beban di punggung.
  4. Jangan abaikan sekecil kecilnya gejala dalam tubuh.
  5. Olahraga teratur, jangan berhenti mendadak dan tak melakukan aktivitas apapun.
  6. Perbanyak minum air putih.
  7. Berhati hati dengan asupan makanan jika sedang berada di luar rumah.
  8. Kalau terjatuh dalam posisi duduk atau mengenai tulang belakang sebaiknya pastikan kondisi tulang belakang dan posisi pinggang tidak bermasalah.



Daftar kata :
Mentiko : ngelunjak
Beselemak : kacau balau
MRI : Magnetic Resonance Imaging














You Might Also Like

0 komentar

About Me

Siska Hasibuan,ibu dua anak, pengajar @LP3i dan UINSU, productive mom, owner @mumubutikue dan @kuihdeli

Like us on Facebook