foto ilustrasi, diambil di pematang siantar oleh penulis |
Mengapa ada hari Sampah Nasional?
14 tahun lalu, tepatnya 21
Februari 2005 terjadi longsor di tempat pembuangan akhir sampah Leuwigajah,
Cimahi, bandung Jawa Barat dan menewaskan 143 orang akibat terkubur sampah. 137
rumah disana tertimbun longsoran sampah setinggi 3 meter. Ditambah lagi ribuan
ton kubik sampah mengubur lahan pertanian dan kebun warga kampung Pojok,
Cimahi. Inilah peristiwa yang menjadi cikal bakal ditetapkannya di tanggal
tersebut sebagai hari sampah Nasional.
Pagi ini, kami, saya berdua suami
membahas timeline yang berisi
ungkapan, ucapan dan euphoria Hari Sampah
Nasional. Betapa di negara Indonesia Raya ini terlalu banyak perayaan dan
peringatan. Setiap momentum ingin dirayakan. Bahkan aktivitas memotong kotoran
di alat kelamin aja dirayakan besar besaran di negara ini. Tapi sepertinya
berbanding terbalik dengan esensinya.
Satu hari saja kita sibuk dengan
kegembiraan dan beraktivitas dengan sampah, selanjutnya apa?
Tamparan kemarin
Kota Medan baru saja dinobatkan sebagai kota paling
kotor di Indonesia kategori kota metropolitan versi Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK). Dirjen Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK mengatakan predikat ini diberikan
saat penilaian program adipura periode 2017-2018. Pada periode ini penilaian
dilakukan pada 369 kabupaten /kota se Indonesia. Hal ini berdasarkan penilaian
yang mencakup penilaian fisik dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dimana kota
kota yang dinilai jelek tersebut melakukan open
dumping (pembuangan terbuka), ada yang belum membuat kebijakan dan strategi
nasional tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga, termasuk juga komitmen yang kurang, anggaran yang juga kurang
serta partisipasi publik yang kurang. Di Medan, jumlah produksi sampah mencapai
2000 ton perhari.
Kami di rumah, cukup concern dengan poin “partisipasi publik
yang kurang”. Menyoal kurangnya
partisipasi publik di kota Medan ini sepertinya juga terjadi untuk hal hal lain
selain sampah. Ini cukup bagi kami untuk introspeksi diri sudah sebaik apa kami
memperlakukan sampah di rumah dan bagaimana kami berprilaku terhadap sampah di
luar rumah. Hal hal lain yang merupakan tugas dan tanggung jawab pihak
berwenang, biarlah menjadi amal ibadah bagi mereka yang mengerjakan tugasnya
dan sebaliknya rasakan pula lah azabnya nanti pada hari pertanggungjawaban jika
tak dikerjakan sebagaimana mestinya.
Kebersihan adalah Sebahagian dari
Iman.
Saya menyikapi kalimat ini sangat
serius. Bagi saya, rajin nyampah ya
kurang iman. Biar kami punya semangat bersih dari rumah, agar anak anak kami
juga tertular. Kami meyakini, semuanya bermuara dari rumah. Pinomat, sebagai emak ayah, kami gak
makan gaji buta di hadapan Allah. Semua ajaran dalam Islam sendiri sudah
mengajarkan banyak hal perkara bersih dan kebersihan. Wudhu dan thaharah,
istinja dengan baik dan sesuai aturan, kunci diterima nya ibadah seorang hamba
dihadapan pencipta-Nya. Kalau hal ini
saja diresapi sebaik baiknya tentu kita tak terjebak masalah sampah hari ini.
Apalagi jika kita benar benar memantapkan diri dengan hal hal bersih lain yang
merupakan anjuran agama.
Rasulullah pernah bersabda, “Ketika
seorang laki laki sedang berjalan di jalan, ia menemukan dahan berduri, maka ia
mengambilnya (karena mengganggunya), lalu Allah SWT berterima kasih kepadanya
dan mengampuni dosanya.” (HR Bukhari).
Bayangkan, begitu sederhananya
memperoleh ampunan dan pahala, tapi kita kerap mengabaikan hal hal simple padahal hal kecil boleh jadi
sumber malapetaka besar.
Pembiasaan kebiasaan.
Berhentilah muluk muluk. Jika
perayaan dianggap penting, jadikanlah itu momentum perbaikan diri masing
masing. Betapa malunya kita, hari ini kita meriah merayakan hari sampah, eh,
besok kita buang sampah di jalanan. Betapa
tak patutnya ketika kita hari ini gembar gembor ngaplot, eh, besoknya kita
sekedar nge-flush hasil buang hajat
di toilet umum aja enggan. Betapa anehnya kita, ketika hari ini kita
menciptakan berbagai macam euphoria dengan
ide brilian yang tertangkap kamera berbagai media, eh, tahun depan masih jadi
kota paling kotor juga..
Hufttt… muluk muluk yang sama sekali tak indah.
Alangkah indahnya jika kita tak
lagi menyaksikan ada mobil mewah yang buang sampah permen keluar jendela di
jalan protokol, alangkah indahnya jika kita sama sama belajar dengan anak kita,
keluarga kita, bagaimana menahan diri untuk membuang sampah sembarangan. Betapa indahnya jika kita ikut merawat
fasilitas publik semacam tempat sampah dengan tidak mencurinya kemudian dijual,
alangkah indahnya jika kita mampu mengawasi diri sendiri dan anak anak kita
untuk tidak buang tissue dan tutup
botol sembarangan. Alangkah indahnya
jika kita bisa menahan diri tak membuang puntung rokok sembarangan.
Alangkah indahnya jika kita
membuat perayaan yang diiringi dengan perbaikan. Tak apa tak langsung signifikan,
minimal diupayakan semampunya. Butuh konsistensi untuk membiasakan diri
terhadap hal hal yang tak biasa dilakukan. Paling enggak kita tak abai.
Hal kecil dari rumah.
hasil karya sederhana dari sampah bersama anak anak dirumah |
Kami sekeluarga juga belum sampai
pada tahap konsisten melakukan daur ulang sampah. Kami juga belum sampai pada
tahap rumah minim sampah. Minimnya pengetahuan soal ini dan memiliki usaha
kuliner yang tiap hari nguprek dapur adalah penyebab utamanya. Ketika anak
anak masih usia balita, saya menyikapi sampah kotak susu dan aneka kardus
dengan membuat mainan dari barang tersebut. Saya juga membuat tas belanja
pribadi dan beberapa barang lain dari bekas kemasan tepung dan deterjen. Belakangan,
saya khawatir menimbulkan sampah baru di rumah, akhirnya berbagai bekas kemasan
dijual ke penampungnya dan sebahagian dijadikan alat praktek wirausaha bersama
mahasiswa di kampus. Bekas bekas botol, saya jadikan hiasan rumah ala ala shabbychic dan dijual pada beberapa kali
pameran wirausaha. Masih newbie. Tapi
saya berusaha serius agar anak anak juga terkondisi ikut menjaga sampah. Anak
anak juga kami awasi untuk tidak “nyampah”
baik di rumah maupun diluar rumah. Saat ini, mereka terbiasa membawa pulang
bekas permen dan sampah lain di tasnya untuk kemudian dibuang pada tempatnya
jika mereka tidak menemukan tong sampah di luar rumah. Kami juga menanamkan
kebiasaan memungut sampah di jalan atau dimanapun jika menemukannya dan
memasukkannya ke tempat semestinya. Bagi kami, pembiasaan ini akhirnya akan
mengembangkan sikap peduli pada lingkungan. Konsisten mengawasi dengan ketat
anak anak disiplin meletakkan sesuatu pada tempatnya juga saya yakini
berpengaruh pada nafsu melakukan berbagai hal secara sembarangan. Letakkan piring
di rak piring, tempatkan sepatu di rak sepatu, bukan meja makan adalah contoh
contoh kecil yang juga dapat mempengaruhi budaya beres dan bersih pada anak
anak yang pada akhirnya menjadi kebiasaan hingga dewasa.
Di rumah, mereka juga diberikan
tanggung jawab membuang sampah setiap pagi pada tempatnya untuk kemudian
dijemput oleh petugas pengutip sampah. Belakangan saya mulai menerapkan bawa
tempat bekal dan botol minum kemanapun pergi juga membawa wadah belanja jika ke
pasar. NIatnya ingin mengurangi asupan plastik. Saya juga berupaya membawa
kantongan sendiri jika sedang belanja bulanan di supermarket.
Masih begitu sederhana. Kadang juga
menghasilkan tertawaan dan ejekan dari pedagang di pasar, tapi begitulah memang
jika kita sedang hendak memulai. Ada saja cobaannya yang kadang jika gak kuat
membuat urung membuat perbaikan. Kesadaran memang sulit didapat jika tak
dibiasakan. Kebaikan akan payah dilakukan jika minim pengawasan. Tapi kami,
sedang berupaya keras saling mengingatkan dan saling mengawasi demi sebuah
perubahan. Ini bukan janji, tapi lebih kepada komitmen. Kami tak punya kekuatan
untuk mengubah predikat kota medan jadi kota terbersih di Indonesia, tapi
setidaknya kami sedang berusaha memperkuat diri dari rumah untuk belajar bersih
di hadapan Allah karena Allah.
Seringkali kita dengar : “katakanlah
walau satu ayat”
Betapa serunya jika akhirnya
ditambah dengan : “lakukanlah perbaikan walau satu ayat”
Semua berawal dari hal kecil dan
mengurangi kata “tak sempat”. Semoga kita masih diberi kesempatan untuk
melakukan hal hal baik.
Kalau sahabat pembaca, sampah sampah di rumahnya pada dikemanain ya?? trus, biar rumah minim sampah agar tak menjadi penyumbang produksi sampah di kota luar biasa ini bagaimana yaa?
yang berkenan memberikan masukan, saya haturkan terima kasih yaaa...
video diambil saat perjalanan ke daerah Belawan, kota Medan
sumber bacaan : -csrpdambogor.blogspot.com
-medanbisnisdaily